
Ujian Sebagai Terapi
Ketika kita mendapatkan sesuatu sesuai keinginan. Mendapatkan kemudahan dalam urusan. Target pekerjaan atau bisnis tercapai. Rezeki yang lancar. Dan kesuksesan lainnya. Semua itu tentunya akan membuat kita merasa bahagia, senang. Namun, bila sebaliknya maka kita akan merasa sedih, gelisah, khawatir, tidak tenang, stress dan depresi. Bahkan tidak sedikit akhirnya membunuh dirinya untuk mengakhiri sesuatu yang dianggap sebagai beban berat hidupnya.
Bahagia dan sedih adalah dua hal yang akan selalu silih berganti. Kita tidak mungkin sukses terus, pasti aka nada kegagalan. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin kita sedih terus pasti aka nada bahagianya. Namun, ketika mengalami kesedihan, kegagalan seringkali kita mengungkapkan bahwa diri kita sedang diuji. Kita lupa bahwa ujian hidup bukan hanya ketika gagal tetapi sukses pun adalah sebuah ujian.
Kesuksesan merupakan ujian. Bagi orang beriman ketika diuji dengan kesuksesan, maka sadar bahwa kesuksesan bukan karena kerja keras dirinya semata tetapi ada andil orang lain dan tentunya atas ijin dan ridho Allah swt. Kesuksesan merupakan karunia Allah swt, maka kita bersyukur dan tidak lupa diri, apalagi sombong dan menghina serta merendahkan orang lain.
Kegagalan, kesulitan dan kesedihan merupakan ujian. Bagi orang beriman, ini menyadari bahwa segala urusan makhluk berada dalam genggaman kekuasaan dan pengaturan Allah swt. Maka, Ketika menghadapi kesulitan, kegagalan, dan kesedihan akan menghadapinya dengan kesabaran dan tetap terus bekerja keras menggunakan segala potensi yang dimilikinya, dan menyandarkan diri dan memohon pertolongan Allah swt.
Ketika diuji dengan sakit, maka dihadapinya dengan sadar dan sabar. Menyadari bahwa sakit adalah suatu keniscayaan dan pasti terjadi pada setiap orang dengan kadarnya yang berbeda-beda. Dan, sadar bahwa ketika sakit, maka Allah -lah yang menyembuhkannya. Akhirnya sabar dan tenang dengan tetap terus mengupayakan kesembuhannya dan bersandar memohon pertolongan Allah swt agar dianugerahi kesembuhan.
Ketika diuji dengan kesulitan rezeki, maka orang beriman akan sadar dan sabar menghadapinya. Ini menyadari bahwa rezeki bukan dari manusia tetapi dari Allah swt bagi siapa yang dikehendakinya. Maka akan menggunakan segala potensi yang Allah berikan pada dirinya untuk mencari dan memperoleh rezeki dan senantiasa bersandar dan memohon pertolongan Allah agar dianugerahi dan dimudahkan mendapatkan rezeki.
Ditinggal oleh orang yang kita cintai adalah ujian yang menyadarkan kita bahwa cepat atau lambat kehidupan dunia ini pasti akan berakhir dan kematian pasti akan menjemputnya. Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Semua itu menyadarkan kita bahwa hidup ini sejatinya sedang menghadapi ujian yang terus-menerus sepanjang hayat. Ujian ini menjadi terapi bagi kita. Ujian akan menghasilkan kesadaran dan kesabaran, sehingga imunitas iman kita terus meningkat. “Ketahuilah bahwa bersabar terhadap apa yang kamu tidak suka itu mengandung kebaikan yang banyak. Dan sesungguhnya kemenangan ada bersama kesabaran. Kelapangan ada bersama kesusahan. Dan bersama kesulitan ada kemudahan” (HR. Ahmad dan At-Tarmidzi).
Wallahu a’lambishowab